Dalam perilaku organisasi,
dibutuhkan suatu manajemen stress untuk menghadapi tuntutan yang berlebihan.
Tujuan manajemen stress untuk meningkatkan kualitas hidup menjadi lebih baik
lagi dari pada sebelumnya. Manajemen stress akan menganalisa pengaruh stress
pada kinerja dan kemampuan berpikir seseorang.
A. KONSEP STRESS
Stress adalah suatu ketidakseimbangan diri/ jiwa
dan realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari perubahan yang
memerlukan penyesuaian. Sering dianggap sebagai kejadian atau perubahan negatif
yang dapat menimbulkan stress, seperti cedera, sakit atau kematian orang yang dicintai, putus cinta. Perubahan positif juga dapat menimbulkan stress,
seperti naik pangkat, perkawinan, jatuh cinta.
Menilik dari pengertian stress sendiri, maka
berbagai pengertian manajemen stress pun diungkap sebagai berikut:
Manajemen stres adalah kemampuan
untuk mengendalikan diri ketika situasi, orang-orang, dan kejadian-kejadian
yang ada memeberi tuntutan yang berlebihan.
B. MEKANISME STRESS
Stress
baru nyata dirasakan apabila keseimbangan diri terganggu. Artinya kita baru
mengalami highlight manakala kita mempresepsi tekanan dari stressor melebihi
daya tahan yang kita punya untuk menghadapi tekanan tersebut. Jadi selama kita
memandang diri kita masih bisa menahan tekanan tersebut, (yang kita presepsi
lebih ringan dari kemampuan kita menahan) maka tekanan highlight belum nyata.
Akan tetapi apabila tekanan tersebut bertambah besar (dari stressor yang sama
atau dari stressor lain secara bersamaan) tekanan menjadi nyata, kita kewalahan
dan merasakan stress.
Selama
pikiran tidak menghentikan pengiriman tanda bahaya ke otak, mekanisme Stress
ini berjalan terus. Belakangan ini sejumlah penelitian paduan bidang psikologi
dan syaraf (Goleman, 2007) menemukan bahwa otak manusia memiliki banyak neuron
counterpart yang bekerja otonom menangkap vigilance pada saat kita ber-
interaksi sosial, kemudian membangun (set-up) sistem sirkuit yang sesuai dengan
bacaannya. Dengan perkataan lain, meskipun secara mental kita bisa melakukan
adjustment, tubuh secara otonom melakukan mekanisme pertahanan atau
perlindungan sesuai bacaan neuron mirror.
C. KATEGORI STRESS
Apabila
ditinjau dari penyebab stres, menurut Sri Kusmiati dan Desminiarti (1990),
dapat digolongkan sebagai berikut :
a.
Stres fisik, disebabkan oleh suhu atau temperatur yang terlalu tinggi atau
rendah, suara amat bising, sinar yang terlalu terang, atau tersengat arus
listrik.
b.
Stres kimiawi, disebabkan oleh asam-basa kuat, obat-obatan, zat beracun,
hormone, atau gas.
c.
Stres mikrobiologik, disebabkan oleh virus, bakteri, atau parasit yang
menimbulkan penyakit.
d.
Stres fisiologik, disebabkan oleh gangguan struktur, fungsi jaringan, organ,
atau sistemik sehingga menimbulkan fungsi tubuh tidak normal.
e.
Stres proses pertumbuhan dan perkembangan, disebabkan oleh gangguan pertumbuhan
dan perkembangan pada masa bayi hingga tua.
f.
Stres psikis/ emosional, disebabkan oleh gangguan hubungan interpersonal,
sosial, budaya, atau keagamaan.
D. REAKSI- REAKSI TERHADAP STRESS
Reaksi
Psikologis terhadap stress
a. Kecemasan
Respon yang paling umum Merupakan tanda bahaya
yang menyatakan diri dengan suatu penghayatan yang khas, yang sukar digambarkan
Adalah emosi yang tidak menyenangkan à istilah “kuatir,” “tegang,” “prihatin,”
“takut”fisik à jantung berdebar, keluar keringat dingin, mulut kering, tekanan
darah tinggi dan susah tidur
b. Kemarahan dan agresi
Adalah perasaan jengkel sebagai respon
terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman.Merupakan reaksi umum lain
terhadap situasi stress yang mungkin dapat menyebabkan agresi, Agresi ialah
kemarahan yang meluap-luap, dan orang melakukan serangan secara kasar dengan
jalan yang tidak wajar.Kadang-kadang disertai perilaku kegilaan, tindak sadis
dan usaha membunuh orang
c. Depresi Keadaan yang ditandai dengan hilangnya
gairah dan semangat. Terkadang disertai rasa sedih.
E. STRATEGI PENANGANAN STRESS
Kiat untuk mengendalikan
stres menurut Grant Brecht (2000) sebagai berikut :
a. Sikap,
keyakinan dan pikiran kita harus positif, fleksibel, Rasional, dan adaptif
terhadap orang lain. Artinya, jangan terlebih Dahulu menyalahkan orang lain
sebelum introspeksi diri dengan pengendalian internal.
b.
Kendalikan faktor-faktor penyebab stres dengan jalan :
1). Kemampuan menyadari
(awareness skills)
2). Kemampuan untuk
menerima (acceptance skills)
3). Kemampuan untuk
menghadapi (coping skills)
4). Kemampuan untuk
bertindak (action skills)
c.
Perhatikan diri anda, proses interpersonal dan interaktif, serta lingkungan
anda.
d.
Kembangkan sikap efisien.
e.
Relaksasi
f.
Visualisasi (angan-angan terarah)
Teknik singkat untuk
menghilangkan stres, misalnya melakukan pernafasan dalam, mandi santai dalam
bak, tertawa, pijat, membaca, kecanduan positif (melakukan yang disukai secara
teratur), istirahat teratur dan ngobrol.
F. STESS DAN KINERJA
Stress mempengaruhi kesejahteraan emosional dalam
berbagai cara. Karena kepribadian individual mencakup hubungan yang kompleks di
antara banyak faktor, maka reaksi terhadap stress yang berkepanjangan
ditetapkan dengan memeriksa gaya hidup dan stresor klien yang terakhir,
pengalaman terdahulu dengan stressor, mekanisme koping yang berhasil di masa
lalu, fungsi peran, konsep diri dan ketabahan yang merupakan kombinasi dari
tiga karakteristik kepribadian yang di duga menjadi media terhadap stress.
Ketiga karakteristik ini adalah rasa kontrol terhadap peristiwa kehidupan,
komitmen terhadap aktivitas yang berhasil, dan antisipasi dari tantangan
sebagai suatu kesempatan untuk pertumbuhan (Wiebe dan Williams, 1992 ;
Tarstasky, 1993).
Dalam dunia kerja, sering timbul (muncul)
berbagai masalah sehubungan dengan stres dan kondisi-kondisi yang dapat memicu
terjadinya stres. Baik disadari maupun tidak, pekerjaan seseorang menimbulkan
stres pada dirinya. Hal ini pasti akan tampak dalam kurun waktu yang panjang,
karena memang manusia setiap harinya berkecimpung di tempat kerjanya lebih dari
sepertiga kali waktunya.
Stres kerja sering menimbulkan masalah
bagi tenaga kerja, baik pada kelompok eksekutif (white collar workers) maupun
kelompok pekerja biasa (blue collar workers). Stres kerja dapat mengganggu kesehatan
tenaga kerja, baik fisik maupun emosional. Hal itu juga didukung oleh Sullivan
dan Bhagat (1992) dalam studi mereka mengenai stres kerja (yang diukur dengan
role ambiguity, role conflict, dan role overload) dan kinerja, pada umumnya
ditemukan bahwa stres kerja berhubungan secara negatif dengan kinerja.
Stres mempunyai posisi yang penting dalam
kaitannya dengan produktivitas sumberdaya manusia, dana dan materi. Selain
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang ada dalam diri individu, stres juga
dipengaruhi oleh faktor-faktor dari organisasi dan lingkungan. Tenaga kerja merupakan salah satu aset perusahaan yang paling utama, oleh
karena itu perlu dibina secara baik. Stres pada karyawan sebagai salah satu
akibat dari bekerja perlu dikondisikan pada posisi yang tepat agar kinerja
mereka juga pada posisi yang diharapkan.
Sumber Referensi :
http://andaners.wordpress.com/2009/04/21/konsep-cemas-stress-dan-adaptasi/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar